yang baru dipetik,
Bertambah indah bunga-bunga itu karena
pemajangannya yang menarik:
Dengan lengan penuh bunga-bunga anemon dan
mawar cemerlang,
Berkata dia, “Tidakkah anda ingin membeli
kembang?
“Aku ingin membeli bungamu yang paling indah,”
kataku, “dan biar kuhabiskan segala milikku
untuk itu.”
Berkata dia, “Kalau begitu belilah anemon yang serupa
piala anggur atau bibir dara.”
“Tidak,” kataku. Berkata dia, “Kalau begitu belilah
Mawar jelita, benar, ini ratu segala bunga.”
“Tidak,” kataku. Berkata dia, “Maka belilah, kalau
mau, bunga leli, yang bersemarak dalam warna
putih salju.”
“Tidak,” kataku. Berkata dia, “Kalau begitu, belilah
bunga melati, yang indah dengan fajar
dinihari.”
“Tidak,” kataku. Berkata dia, “Maka belilah bunga
narsis saja, berbintik-bintik keemasan dengan warna
putih perak selingkarnya.”
“Tidak,” kataku. Berkata dia, “Belilah bunga pacar
saja.”
Aku menolak, dan dengan pandang disipitkan dan
leher ditelengkan,
Berkata dia, “Sudahlah; tak ada lagi yang bisa
kutawarkan.”
Kataku, “Masih ada bunga di pipimu.”
Berkata dia, “Bunga pipi, berapa harga untuk itu
yang mesti anda bayar, tak kutahu.”
“Seluruh diriku,” kataku.
Berkata dia, “Keuntungan apa yang mungkin anda
peroleh darinya, dengan kehilangan diri anda pula?
Kataku, “Dari pembelian itu akan kudapatkan
gairah hati yang lebih berharga daripada segala
keuntungan. Sungguh, inilah kenikmatan paling
mulia yang menuju ke arah fana paling sempurna;
kenikmatan mabuk mencapai puncaknya
ketika yang jujur menyimpang dari jalannya;
batas paling jauh dari perjalanan yang bisa kujelang
setelah melampaui segala batas yang menghalang.”
Ahmad Al-Safi Al-Najafi (1897-1977 M.), lahir di Najaf, Irak. Al-Najafi melewatkan beberapa tahun dari masa mudanya di Iran bagian selatan. Di sana ia mempelajari bahasa Parsi dan menerjemahkan Rubaiyat karya Umar Khayyam ke dalam bahasa Arab. Ia meninggalkan Irak dan pergi ke Libanon, tempat ia tinggal buat selanjutnya. Meskipun ia termasuk penyair neo-klasik, namun Al-Najafi tidak begitu mempedulikan kerapian bentuk dan sebaliknya ia lebih mementingkan madi puisinya. Karya-karyanya antara lain: Al-Aghwar (Kedalaman), Alhan Al-Lahib (Nyanyian Api), Al-Amwaj (Ombak).
Puisi di atas termuat dalam buku Puisi Arab
Modern: Antologi 40 Penyair dari 10 Negara terjemahan Hartojo
Andangdjaja.