Diterjemahkan oleh Musyfiqur Rahman dari Kitab Yaumun Fi Bait Rasul
Mari kita kembali pada belasan abad
silam. Membuka lagi lembaran-lembaran sejarah, membaca sambil merenungkan setiap
barisnya. Kita temui baginda Rasul di kediamannya melalui kata demi kata. Kita
masuk ke rumah beliau untuk melihat keberadaan dan keadaannya, lalu kita simak baik-baik
segala tutur katanya. Kita tinggal di rumah baginda tercinta selama sehari
semalam. Di sana kita bisa belajar dan mengambil pelajaran kepada mereka (ahl
bait: penrj.), agar mendapatkan pencerahan teladan dari setiap perkataan
dan perbuatan.
Wawasan dan jendela pengetahuan
manusia semakin terbuka dan semakin berkembang. Dengan banyak membaca mereka mampu
melintasi Barat dan Timur melalui buku, catatan-catatan, dan juga melalui
film-film serta hasil dokumentasi. Padahal kita lebih layak melakukan kunjungan
syariat ke kediaman baginda Rasul, supaya kita mengetahui keadaannya, lalu
mengambil petikan hikmah dan teladan dari beliau. Namun, karena keterpautan pangkat
di sisi Allah antara kita dengan sang baginda, kiranya dapat kita teladani
beliau dalam beberapa hal tertentu saja untuk diterapkan di rumah kita.
Saudaraku seiman...
Kita kembali menuju beberapa abad
silam bukan sekadar untuk menyimak bersama dan melihat dengan saksama, sesuatu
yang tidak pernah kita ketahui dari sang Nabi. Lebih dari itu, membaca biografi
baginda Nabi lalu mengikuti sunah dan jejak-jejaknya bernilai ibadah di sisi
Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan demikian, kita telah melaksanakan perintah
Allah melalui cinta pada baginda Rasul yang mulia. Karena paling mulianya
perwujudan cinta kepada baginda Rasul adalah patuh pada perintahnya dan tulus menjauhi
larangannya.
Allah memerintahkan untuk taat
melaksanakan perintah baginda Rasul dan menjadikan beliau sebagai teladan dan
panutan. Firman-Nya, “Katakanlah (Muhamad), ‘Jika kamu mencintai Allah,
ikutilah aku! Niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’ Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”[1]
Pada ayat yang lain Allah berfirman “Sungguh, telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”[2]
Allah telah menyebutkan sekitar 40
kali dalam Al-Qur’an hal-hal berkenaan dengan kewajiban taat pada baginda Rasul
dalam mengikuti sunahnya.[3]
Orang tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan di dunia dan keselamatan di
akhirat tanpa mengikuti baginda Rasul Barang siapa taan kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang
agung. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nyadan melanggar
batas-batas-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di
dalamnya dan dia akan mendapatkan adzab yang menghinakan.[4]
Baginda Rasul telah menjadikan cinta
kepadanya sebagai salah satu cara untuk memperoleh manisnya iman. Beliau
bersabda, “Barang siapa bisa melakukan tiga hal ini akan memperoleh manisnya
iman: hendaknya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun...”[5]
Nabi bersabda, “Demi Dzat yang
menguasai diriku, tidak benar-benar beriman siapapun diantara kalian hingga aku
lebih dia cintai daripada ayah dan anaknya”[6]
Biografi Nabi adalah riwayat hidup
suci nan harum mewangi. Dari sana kita belajar dan ke sana kita berpanutan.