Perempuan yang Beruntung
Di musim
dingin dia datang membawa api
Di musim panas
dia datang membawa salju
Ketika
bersedih dia datang sendirian
Dan ketika
bahagia dia datang bersama banyak orang
Kakekku
Matahari matahari
Menggantung menggantung
Di langit di langit
Dinding dinding
Yang rendah yang rendah
Ada bayangan ada bayangan
Yang pendek yang pendek
Di atas di atas
Kursi kursi
Duduk duduk
Kakekku debu
Penantian
Lelaki itu
menunggu seorang perempuan
Selama
satu-dua jam dan dia juga tidak kunjung datang
Lelaki itu
lalu bergegas pergi
Pipinya
menyentuh teras dengan hening
Lalu ia
berkata:
Wahai teras,
masihkah aku
Bisa melihatmu
besok di tempat yang sama?
Wahai Impian
Wahai impian
Hanya demi
dirimu
Aku akan
menjatuhkan diriku
Ke sumur
terdalam sebuah mimpi
Mimpi ini
berdiri di depanku
Dengan mulut
kosong
Sambil
memandangiku
Dan tidak
membantahku
Bumi
Akan aku angkat
bumi dengan kedua tanganku
Kusingkirkan
debunya
Lalu aku
letakkan di pundakku
Aku meluruskan
pandangan
Karena bumi
adalah rumahku
Aku mengajak
Air
Dan pohon
Ke dalam
kesendirianku
Pintu
Siapakah yang
sedang berdiri
Di balik
pintuku untuk meminta sesuatu?
Akulah tukang
Pintu dan
gemboknya
Aku tidak
punya pintu
Untuk diketuk
orang lain
Dan tak ada
jalan yang mengantarkan padaku
Aku tidak ada
Siapakah yang
menuntun mereka?
Keluarga
Pada pagi hari
Segelas kopi
dihidangkan bersama keju
Dan buah
zaitun
Meja makan
seluas beberapa tangan
Ketika ayah
bergegas keluar
Sang anak meminta chocolatos
Dan ibu meminta kecupan
Ayah berkata ia
akan kembali
Pada sore hari
Sang anak di
balkon
Dan ibu di
dapur
Sedangkan ayah
di kamar mayat
Mendirikan Sebuah Negeri
Kelak aku akan
mengambil
Segenggam
pasir
Sejumput
rumput
Sedikit air
Dan banyak
kawat
Lalu kudirikan
sebuah negeri
Akankah aku namai
“Iraq”?
Sumber: Al-Nadzaru Ila Al-Ma’ karya Muniam Alfaker
Penerjemah: Musyfiqur Rahman
Penerjemah: Musyfiqur Rahman
Muniam Alfaker, penyair
berkebangsaan Irak yang lahir pada tahun 1953 di Baghdad. Selain menulis puisi,
Muniam juga menulis naskah drama. Buku puisi perdananya diterbitkan pertama
kali di Damaskus. Beberapa tahun berikutnya, baik kumpulan puisi ataupun
prosanya diterbitkan di berbagai kota hingga luar negeri. Perjalanan hidupnya
dimulai dari Libanon, Suriah, Maroko dan kini tinggal di Denmark. Berkali kali
dia mendapatkan penghargaan dari pemerintah Denmark.