Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Salam sejahtera saya haturkan, tersemat doa untuk setiap
kebaikan. Semoga Anda senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sebelumnya, saya ingin bertanya, bagaimana kabar Anda, Tuan? Baik-baik sajakah?
Masihkah Anda memendam perih luka penyesalan? Semua badai memang pasti berlalu,
tapi penyesalan terlanjur menggores pilu. Semoga Anda baik-baik saja, atau
setidaknya hari-hari Anda penuh bahagia. Sekali lagi, semoga. Amin…
Mohon maaf jika surat ini tiba-tiba mengganggu Anda, Tuan.
Apalagi kita tak pernah saling mengenal sebelumnya. Meski kita belum saling
mengenal, tapi saya sangat menghormati Anda. Karena Anda adalah lelaki yang saaangat
beruntung. Betapa saya sangat iri atas hal itu.
Tuan, kita sama-sama lelaki. Sangat tahu bagaimana perasaan
kita saat tengah jatuh cinta. Cinta adalah sebuah peristiwa paling agung yang
pernah dialami umat manusia. Konon, kalau bukan karena cinta, tak akan ada Adam
dan Hawa. Tentunya, apalah artinya surga tanpa cinta? Tak ada.
Hampir semua lelaki menyadari, bahwa ketika cinta mulai
bersemi, tak mudah memendam terlalu lama dalam hati. Dan itulah titik terlemah
seorang lelaki. Atau, mungkinkah itu adalah titik terkuatnya? Entahlah. Tapi
yang jelas, hingga saat ini saya masih meyakini, cinta tak melemahkan, tapi
menguatkan. Cinta tak membutakan, sebagaimana omong kosong para pujangga.
Justru cinta mampu memberikan penglihatan, bahkan dari jarah tempuh paling
jauh. Iya, semenjak saya mencintainya, saya selalu melihatnya. Selalu. Dan
itulah kenyataannya, Tuan.
Sepertinya Anda mulai bingung, Tuan? Ah, maafkan saya. Sejak
saya jatuh cinta, telah sirna seluruh kepandaian merangkai kata-kata. Jadi
maafkan saya jika surat ini banyak ngawurnya. Baiklah kalau begitu, izinkan
saya bercerita. Ini cerita tentang saya, juga tentang seorang perempuan yang
sangat berharga. Dan Anda sangat mengenalnya. Tidak, tidak hanya mengenalnya,
Anda bahkan pernah menyayanginya. Bahkan perempuan itu pernah membukakan pintu
untuk Anda, Tuan. Anda pernah bertakhta di hatinya, dan perempuan itu juga
pernah Anda perjuangkan, lalu Anda menjaganya dengan penuh cinta.
Namannya adalah..
Ah, biarkan saya kirim nama itu dalam wujud getaran ke lubuh
hati Anda yang paling dalam. Karena saya yakin, getaran yang bergema dalam jiwa
saya saat ini, adalah getaran yang pernah Anda rasakan.
Anda terkejut? Maafkan saya. Saya tak bermaksud membangkitkan
lagi pita kenangan masa lalu. Bagaimanapun, kita tak bisa terus-menerus hidup
dalam kenangan seseorang, betapapun berharganya, betapapun indahnya. Tapi jika
nama itu membuat mata Anda berkaca-kaca, itu artinya Anda masih menyayanginya,
Anda masih menyisakan satu kotak kenangan untuk dia tempati, di sudut terdalam
hati Anda. Itulah sebabnya, barangkali batin Anda sesekali menyebut namanya.
Saya hanya bisa membayangkan, betapa sangat menyakitkan bila
seseorang yang sudah kita relakan, sejatinya tak benar-benar kita ikhlaskan.
Itulah barangkali yang sekarang Anda rasakan, Tuan?
Tak perlu Anda tahan air mata itu, Tuan. Tumpahkan saja.
Biarkan ia mengalir ke tepiannya dan jatuh membasahi bumi. Jangan khawatir,
seorang lelaki tak akan hilang keperkasaannya hanya karena menangis. Justru
lelaki akan kehilangan keperkasaannya ketika dengan tega berani menyakiti
kekasihnya.
Anda sudah melewati masa-masa indah itu, bersama dirinya,
bersama seluruh kenangan yang pernah ada. Setidaknya, Anda adalah lelaki yang
sangat beruntung. Beruntung karena Tuhan menakdirkan Anda jatuh cinta, dan
lebih beruntung lagi karena Anda jatuh cinta pada seorang perempuan baik yang
juga cinta dan menyayangi Anda.
Tuan, saya pribadi sebenarnya hingga kini masih meyakini,
bahwa jatuh cinta itu adalah fitrah umat manusia, artinya kita tak akan berdaya
ketika ia sudah datang secara tiba-tiba, bahkan tanpa perlu mengetuk pintu atau
sepatah kata salam perkenalan. Ia seperti tamu yang tak diundang, tapi kita
harus menjaga dan merawatnya sewaktu ia datang. Tetapi, cinta bisa menjadi
sebuah keputusan, manakala ia diungkapkan dan dinyatakan. Pada titik ini,
semuanya sedang dipertaruhkan. Sebab seringkali keputusan besar itu harus
diuji, dengan segala ketabahan waktu dan perjuangan yang tak mudah.
Tapi sekali lagi, Anda sudah melewati itu semua, Tuan. Anda
mengetahui banyak hal tentang dirinya, sesuatu yang mungkin tidak saya ketahui
sama sekali. Garis takdir pernah berpihak pada Anda, tapi belum menyambut
doa-doa baik saya. Tentu saya tak pernah putus asa dan saya juga meyakini ada
banyak hikmah di balik semua ini, yang pernah kita lalui, yang sedang kita
alami juga yang kelak akan kita hadapi. Hanya doa yang bisa terus kita rapal
dan usaha yang tak boleh aus oleh masa.
Begitulah, Tuan..
Pada intinya, saya mencintainya, masih mencintainya dan akan
terus mencintainya. Tapi jika Anda bertanya, “hingga kapan?”, saya akan jawab,
“hingga ia memutuskan mencintai seseorang, bisa saya bisa Anda, atau bisa juga
orang lain yang bukan kita”.
Saya akan berdoa semoga ia terus bahagia…
Sampai jumpa kembali, Tuan. Sehat selalu.
2 comments
Like Bapak.
Terimakasih sudah berkunjung 🙏🙏🙏